Jalan Pangurakan Jogja: Simbol Penyucian Diri

jalan pangurakan jogja

Sejarah dan Makna Filosofis di Balik Jalan Pangurakan Jogja

Kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan wilayah yang kaya akan sejarah dan makna mendalam, mencerminkan perjalanan hidup manusia dari awal hingga akhir. Salah satu bagian penting dari kawasan ini adalah Jalan Pangurakan1jalan terpendek di jogja dengan panjang cuman kurang dari 200 meter, yang menghubungkan area Nol Kilometer Yogyakarta di sisi utara dengan Kraton Yogyakarta di sisi selatan. Jalan ini bukan sekadar penghubung fisik, tetapi juga memiliki nilai filosofis yang penting dalam budaya Jawa.

Sejarah Penamaan Kembali Jalan Pangurakan Jogja

Pada tahun 2013, sejumlah jalan di kawasan Sumbu Filosofi yang sebelumnya memiliki nama-nama berbeda, dikembalikan ke nama asli yang sarat dengan filosofi. Jalan Trikora diganti menjadi Jalan Pangurakan, Jalan Jenderal Ahmad Yani menjadi Margo Mulyo, dan Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi Margo Utomo. Perubahan ini bukan hanya soal nama, tetapi juga upaya untuk mengembalikan makna mendalam yang terkandung dalam setiap nama jalan tersebut.

Filosofi Jalan Pangurakan

Jalan Pangurakan memiliki arti penting dalam konteks Sumbu Filosofi yang mencakup perjalanan spiritual manusia. Jalan ini merupakan bagian dari rute yang menggambarkan perjalanan hidup manusia mulai dari kelahiran hingga kematian. Dalam konsep Jawa, perjalanan ini melibatkan dua prinsip utama: Hablun min Annas2arab: حبل من الناس (hubungan manusia dengan sesamanya) dan Hablun min Allah3 arab: حبل من الله (hubungan manusia dengan Tuhan).

Perjalanan manusia ini dimulai dari Panggung Krapyak di selatan, yang melambangkan awal kehidupan atau kelahiran, hingga mencapai Tugu Pal Putih di utara, yang menggambarkan perjalanan menuju kematian dan kembali kepada Sang Pencipta. Dalam perjalanan ini, Jalan Pangurakan Jogja berperan sebagai simbol penyucian diri, dimana manusia harus membersihkan diri dari niat jahat sebelum memasuki wilayah Kraton Yogyakarta.

Makna Simbolis di Balik Jalan Pangurakan

Nama Pangurakan sendiri berasal dari kata “urak,” yang dalam bahasa Jawa berarti mengusir atau mengeluarkan. Pada zaman dahulu, jalan ini digunakan untuk mengeluarkan atau menghukum para Abdi Dalem atau warga yang melakukan kesalahan. Ini menjelaskan mengapa jalan ini juga melambangkan proses pembersihan diri dari segala bentuk nafsu negatif sebelum seseorang bisa mendekati Kraton.

KRT4Kanjeng Raden Tumenggung Rintaiswara, seorang Penghageng KHP5Kawedanan Hageng Punakawan Widya Budaya Kraton Yogyakarta, menjelaskan bahwa Jalan Pangurakan Jogja adalah simbol penyucian diri. Menurutnya, “Jiwa seseorang harus bersih dari segala macam hal kotor dan prasangka jelek sebelum melewati Jalan Pangurakan.”

Pohon Beringin yang Sakral

Jalan Pangurakan juga diapit oleh dua pohon beringin yang memiliki nama khas, Kiai Wok di sisi barat dan Kiai Jenggot di sisi timur. Pohon-pohon ini memiliki arti simbolis sebagai pengayom, kekuatan, kewibawaan, dan keabadian. Di masa lalu, jalan ini dilengkapi dengan tiga gerbang6Gapura Gladhag, Gapura Pangurakan nJawi, dan Gapura Pangurakan Lebet adalah tiga gerbang bersejarah. Dahulu, Gapura Gladhag terletak di ujung utara Jalan Trikora, tepatnya di utara Kantor Pos Besar Yogyakarta dan Bank BNI 46. Namun, saat ini gapura tersebut sudah tidak ada. atau gapura yang melambangkan tahap-tahap dalam proses pembersihan diri. Namun, saat ini hanya tersisa dua gerbang akibat kerusakan.

Pada awal abad ke-20, pohon-pohon ini dikenal dengan nama Kiai Godheg dan Kiai Simbarjaja. Seperti yang dijelaskan oleh KRT Rintaiswara, pohon beringin ini merupakan simbol persatuan dan kekuatan.

  • 1
    jalan terpendek di jogja dengan panjang cuman kurang dari 200 meter
  • 2
    arab: حبل من الناس
  • 3
    arab: حبل من الله
  • 4
    Kanjeng Raden Tumenggung
  • 5
    Kawedanan Hageng Punakawan
  • 6
    Gapura Gladhag, Gapura Pangurakan nJawi, dan Gapura Pangurakan Lebet adalah tiga gerbang bersejarah. Dahulu, Gapura Gladhag terletak di ujung utara Jalan Trikora, tepatnya di utara Kantor Pos Besar Yogyakarta dan Bank BNI 46. Namun, saat ini gapura tersebut sudah tidak ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *